Kamis, 05 Maret 2015

10 Ways Real Entrepreneurs Are Different From Wannabe Entrepreneurs

10 Ways Real Entrepreneurs Are Different From Wannabe Entrepreneurs

Nowadays people do not aspire to work for a big company and climb the corporate ladder. They would rather reach for success by having their own business. But there’s a huge difference between real entrepreneurs and wannabe entrepreneurs – wantrepreneurs – those who want to be entrepreneurs but don’t quite pull it off.

10 Ways Real Entrepreneurs Are Different From Wannabe Entrepreneurs

1. Entrepreneurs Believe In Themselves While Wantrepreneurs Think It’s All About Them
Wantrepreneurs think the business revolves around them. Entrepreneurs believe in themselves, in their team. They know they can’t do it alone, that their team is essential for the growth and success of the business.

2. Entrepreneurs Keep Moving While Wantrepreneurs Keep Complaining
Guy Kawasaki, founder of AllTop once said, “Ideas are easy. Implementation is hard.”

Entrepreneurs make things happen, no matter how small a step forward it is. Wantrepreneurs are always looking for excuses and complain when it gets hard to get going.

3. Entrepreneurs Don’t Let Failures Stop Them While Wantrepreneurs Easily Get Discouraged
Entrepreneurs take it from Steve Jobs who once said, “I’m convinced that about half of what separates the successful entrepreneurs from the non-successful ones is pure perseverance.”

Entrepreneurs carry on, learn from their mistakes and work it off. Thomas Edison kept working on discovering the light bulb after failing 1,000 times. Wantrepreneurs get discouraged and stop altogether.

4. Entrepreneurs Aim To Be The Best While Wantrepreneurs Aim To Be Rich
“Chase the vision, not the money; the money will end up following you.” – Tony Hsieh, CEO of Zappos

Entrepreneurs work to be the best in their industry, to leave their mark on the world. They believe in the adage passion before profits. Money to them is just a side benefit, a prize for doing a good job. Wantrepreneurs work only for the money.

5. Entrepreneurs Work Hard For The Business While Wantrepreneurs Work Hard For Their Image
According to Thomas Edison, “Genius is 1% inspiration, and 99% perspiration.”

Entrepreneurs work hard to make their business a success. They’re too busy with working to worry about what other people think about them. Wantrepreneurs don’t have the patience to work on the business. They look for shortcuts and prefer to spend their time making people think they are already a success.

6. Entrepreneurs Work To Get What They Need While Wantrepreneurs Wait For It To Be Given
“Any time is a good time to start a company” – Ron Conway, Startup Investor, SV Angel

True entrepreneurs do not wait for funding or additional resources to start and keep on going. They find ways to raise capital and work to get additional funds. Wantrepreneurs don’t do anything until they get the capital they think they need to get the business off the ground.

7. Entrepreneurs Adapt To Changes Quickly While Wantrepreneurs Call For Meetings
When there are changes in the business environment, entrepreneurs are able to act quickly to adapt, and often times finding opportunities in the change, whether it is a better way of doing something or tapping a previously unknown market. Wantrepreneurs are often shaken by change and are too busy discussing every little aspect of a change during meetings to adjust on the changes. Therefore they are often left behind.

8. Entrepreneurs Innovate While Wantrepreneurs Procrastinate
“You just have to pay attention to what people need and what has not been done.” – Russell Simmons, Def Jam founder

Entrepreneurs don’t wait for the perfect idea to come to their mind. They know it doesn’t have to be original or unique to make it successful. Often the best idea is seeing the gap or the need to improve on what already exists. And a lot of successful businesses started with the entrepreneur needing something he/she couldn’t find anywhere.

Wantrepreneurs, on the other hand, obsess about finding the right idea or the next big trend that will get them rich quickly.

9. Entrepreneurs Are Risk-Takers While Wantrepreneurs Are Risk-Averse
Ray Kroc, founder of McDonald’s famously said, “If you’re not a risk taker, you should get the hell out of business.”

The business world is tough and only a handful survive the cutthroat arena. Entrepreneurs are not afraid to risk their funds, image, or business because they believe in their business, their product. They know the risks involved and yet they put out. Wantrepreneurs would rather bet on a sure thing.

10. Entrepreneurs Are Driven By Their Passion While Wantrepreneurs Are Driven By Someone Else’s Passion
“Choose a job that you like, and you will never have to work a day in your life.” – Confucius

An entrepreneur is driven by his passion for his business. It is something he loves to do, something he believes in. Wantrepreneurs follow the trend, simply because it has proven successful already.

Rabu, 18 Februari 2015

Ada apa dengan negeriku

Hampir empatpuluh hari media nasional menyuguhkan akrobat politik yang terjadi di negeri ini. Politik yang saya rasa untuk perebutan kekuasaan dan materi terpampang nyata. Saya bukanlah pakar hukum, bukan juga pejabat dan penegak hukum, saya hanya rakyat biasa. Namun pemandangan yang saya lihat dari kaca mata rakyat biasa ini membuat saya malu, ingin rasanya menangis, ingin berbuat sesuatu dari pada hanya menulis kekesalan saya difacebook atau di blog. Tapi saya tidak tahu harus memulai dari mana.

Dari dahulu saya percaya politik itu kejam, akan ada intrik dan cara - cara yang segaja 'dilegalkan' untuk jegal menjegal demi berada ditampuk kekuasaan. Namun saya juga percaya bahwa masih ada orang- orang baik yang ingin membangun negeri. Mereka bukannya tidak ada, mereka tidaklah sedikit, hanya saja banyak yang diam dan mediamkan. Akibatnya seperti yang terlihat sekarang. Banyak orang buruk yang menguasainya.

Saya ikut prihatin dengan pemimpin negeri. Meskipun dia menjadi orang nomor satu, akan tetapi saya melihatnya sebagai anak kecil yang lumpuh yang butuh bantuan orang lain untuk terus mendorongnya agar bisa berdiri sendiri. Saya prihatin dengan orang orang yang mengelilinginya, bagaimana dia tertekan dengan setiap langkah dan keputusan yang akan diambil. Hanya satu yang ingin saya 'bisikkan' ke beliau, 'mendekatlah ke rakyat', merekalah yang harus kau layani, karena mereka adalah tanggung jawabmu. Jangan sampai satu tangisan rakyatmu menghambatmu dari surgaNya. Jadilah pemimpin yang melayani, mengayomi dan menjaga rakyatnya. Karena sesungguhnya seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyat.

Bagi orang yang tau hukum, bertindaklah sesuai dengan kata-kata yang disematkan oleh institusimu. Hargai nama yang selalu menempel di nama anda.

Terakhir, bekerjalah dengan hati. Layani dengan nurani.

Jumat, 13 Februari 2015

Suka duka toilet training

Mengajarkan anak toilet training (TT) pada intinya adalah proses pembelajaran kesabaran tingkat tinggi bagi seorang ibu, pembelajaran mempercayai kepada si anak sepenuhnya.

 Untuk hal ini saya termasuk terlambat mengajari anak saya TT. Menginjak usia 2,5 tahun saya baru melepas diapers yang dia pakai. Alasan saya hanya karena dirumah banyak sekali barang yang harus dipacking untuk dikirim ke customer, saya takut jika sewaktu - waktu dia pipis tanpa saya menyadarinya. Meskipun telat TT tak segampang yang saya bayangkan. Harus telaten untuk natur mas aang selama 1 jam sekali dalam masa awal. Terkadang saya 'kecolongan' sehingga mas aang sudah pipis atau pup duluan dilantai sebelum saya bawa ke kamar mandi. Seiring berjalannya waktu saya dan mas aang saling mengerti dan paham aturan dalam TT.

 Saling percaya. Ketika anak saya bilang 'umi, aang mau pipis'. Segera saya bawa dia kekamar mandi dan tidak lama kemudian dia akan pipis. Atau ketika dia bilang 'umi, aang mau ee'. Setelah dua menit dikamar mandi dia akan mengeluarkan pup. Untuk tidur siang saya mencoba untuk tidak memakaikan diapers, untuk melihat apakah mas aang bisa. Sebelum tidur siang biasanya saya menawari anak saya untuk pipis. Setelah itu dia tidur 1-3jam, tidak selalu dan alhamdulillah dia tidak ngompol. Berulangkali saya memujinya 'mas aang pinter, sudah ga pakai diapers lagi, bisa bilang pipis sama ngengek, sudah bisa ke kamar mandi sendiri'. Itu bentuk ucapan tulus saya karena dia secara tidak langsung membantu menyemangati saya pula. Bahwa hal ini memang berproses.

Ketika malam hari menjelang tidur saya antar mas aang ke kamar mandi dan menemaninya pipis, saya tanya apakah mau eek juga, terkadang dia mengangguk. Hanya saja sampai sekarang kadang dia minta pakai diapers untuk tidur malam. Karena saya menawarinya perlak. Takut jika nanti dia ngompol di malam hari. Karena dia risih dengan perlak dibawah tubuhnya akhirnya dia memilih memakai diapers. Sebenarnya bisa untuk melepas dengan catatan saya melihat beberapa jam sekali kalau nanti dia risih dan ingin pipis. Saya masih perlu waktu untuk lulus dalam tahap ini. Semoga.